Minggu, 30 September 2018

Laptop Kemana Saja Impian Kita Semua

Siapa yang tak mau memiliki laptop yang super duper tipis dan ringan? Tentu sobat menginginkan dong ya. Terlebih lagi untuk sobat travel blogger yang hampir setiap waktunya dimanfaatkan untuk asyik menulis cantik di spot-spot wisata yang ciamik dengan menggunakan laptop andalan.
Sebagai travel blogger yang hampir setiap harinya dituntut untuk selalu membawa laptop, tentu sobat tak ingin kelelahan menjinjing bobot berat laptop, maupun was-was laptop akan terjatuh atau tertindih barang lain bukan? Kini, sobat tak perlu khawatir lagi. ASUS ZenBook UX331UAL jawabannya!


Sebagai seorang yang masih belajar menjadi traveler blogger, aku pun pernah mengalami lebih dari satu waktu kalau ide menulis kita bisa keluar kapan saja dan dimana saja. Tentu saat ide sudah di penghujung ubun-ubun, sobat ingin menulisnya sesegera mungkin bukan? Hmm... yakin deh, dengan menggunakan laptop ASUS ZenBook UX331UAL, kita semua bisa langsung duduk manis di atas kursi pantai bertutupkan payung lebar diatasnya persis, sembari tik ketik cantik tulisan kita. Membuat makin segarnya suasana sekitar kita, menambah cemerlangnya ide menulis yang semakin menjadi.


ASUS ZenBook UX331UAL kini hadir sebagai solusi menggembirakan bagi kita yang tiap hari harus bawa laptop dan takut menderita  pegal bahu ataupun was-was barang akan terjatuh keras lalu rusak. ASUS ZenBook UX331UAL adalah laptop keluaran terbaru yang cocok sekali untuk sobat blogger. Laptop 13,3 inchi dengan bobot keseluruhan dibawah 1 kilogram ini sudah pasti akan membuat sobat blogger mampu membawanya melipir pergi kemanapun yang di ingini. Wow ringannya, bukan?

Konstruksinya yang berbasis magnesium alloy, membuatnya menjadi sangat tangguh. Bahkan ia memenuhi standar military-grade MIL-STD 810G dan lolos uji daya tahan untuk memastikan kemampuannya beroperasi dalam berbagai kondisi. Disamping itu, ASUS ZenBook 13 UX331UAL juga sudah mendukung Windows Hello, tahu kan Windows Hello? Yang kalau kita cukup dengan menghadapkan wajah ke layar notebook atau sentuhan jari di sensor fingerprint, maka pengguna sudah bisa langsung bekerja dengan laptop canggihnya. Ini sangat berguna khususnya buat sobat  yang kerap bekerja di lapangan dan membutuhkan akses cepat kapanpun dan di manapun. Tak perlu menunggu laptop loading lama untuk menyalakannya.






Sangat recommended kan? Sobat travel writer tentu harus memiliki si tipis yang kuat ini. Utamanya buat sobat traveler yang sering menghabiskan waktu asyiknya dengan berwisata ke luar kota. Hmmm... mencari sudut-sudut surga di Indonesia, “get great idea”, tulis ditempat deh. Nah loh, ribet nggak tuh? Jangan bayangin ribetnya kalau kita sudah pakai ASUS ZenBook UX331UAL ya sobat. Tahu nggak? Si tipis elegan ini sanggup memasok daya hingga hampir 5 jam loh sobat. Cakep kan cakep banget dong yaa...

Penasaran dengan keunggulan-keunggulan si tipis mewah ini? yuk kita simak satu per satu letak kerennya ASUS ZenBook UX331UAL :

Ringkas dengan Performa Tinggi

Sobat perlu tahu banget nih, ASUS ZenBook UX331UAL ini dimensinya tidak beda jauh dengan ukuran kertas A4 lho. Dengan begitu, tentu kita dapat dengan mudah menyelipkan ke dalam koper, backpack, bahkan tas jinjing wanita, mencengangkan bukan?. Ukurannya jauh lebih kecil dibanding ultrabook berikuran 13 inci pada umumnya. Rahasianya adalah pada bezel layar berfitur NanoEdge.


Dengan Wi-Fi Master, pengguna bisa menikmati streaming video FullHD YouTube yang lebih lancar pada jarak 300 meter atau lebih, atau setidaknya pada jarak 225 meter meski ada interferensi dari perangkat USB 3.0. Jarak ini sekitar 65 meter lebih jauh dibandingkan dengan laptop lain pada umumnya yang tidak memiliki Wi-Fi Master.

Kinerja Mumpuni dan Baterai Kuat

Selain menawarkan portabilitas tinggi dengan dimensinya yang kompak dan bobot sangat ringan, ASUS ZenBook 13 UX331UAL juga menawarkan performa yang mumpuni untuk mendukung berbagai aktivitas sehari-hari penggunanya. Tak hanya itu, ia juga menawarkan kinerja baterai yang baik di kelasnya.

Saat digunakan secara multitasking non-stop, aplikasi pengukuran baterai PCMark menunjukkan bahwa baterai pada ZenBook 13 UX331UAL sanggup memasok daya hingga 4 jam 43 menit loh sobat. Tentunya, kalau penggunaan kita tidak terlalu intensif, baterai tentu sanggup bertahan jauh lebih lama dong ya. Bahkan dalam pengujian ternteu, si tipis elegan ini mampu bertahan hingga 15 jam loh. 


Selain keunggulan-keunggulan yang dijelaskan diatas, ASUS ZenBook 13 UX331UAL juga memiliki beberapa spesifikasi yang lebih unggul dari merk-merk laptop lainnya, antara lain :

Main Spec.
ASUS ZenBook UX331UAL
CPU
Intel® Core™ i5-8250U Processor, 6M Cache, up to 3.40 GHz
Operating System
Windows 10 Home
Memory
8GB LPDDR3 2133MHz SDRAM
Storage
256GB SATA3 M.2 SSD
Display
13.3" (16:9) LED backlit FHD (1920x1080) 60Hz, Ultra Slim 300nits
Graphics
Integrated Intel UHD Graphics 620
Input/Output
1x micro SD card, 1x audio jack COMBO, 1x Type C USB3.0 (USB3.1 GEN1), 2x Type A USB3.1 (GEN1), 1x HDMI, Support HDMI 1.4
Camera
VGA Web Camera
Connectivity
Built-in Bluetooth V4.2, Integrated 802.11 AC (2x2)
Audio
Built-in Stereo 1 W Speakers And Array Microphone, ASUS SonicMaster Technology
Support Windows 10 Cortana with Voice, Harman kardon
Battery
50 Whrs Polymer Battery
Dimension
310 x 216 x 13.9 mm (WxDxH)
Weight
985gr with Battery
Colors
Deep Dive Blue, Rose Gold
Price
Rp14.299.000
Warranty
2 tahun garansi global

Mencengangkan bukan? Sobat traveler tentu wajib miliki laptop tipis dengan performa yang wow ini. Laptop kecil cantik yang sangat bisa menemani sobat semua melancong kemana-mana. Tentunya, travelmood kita akan jauh lebih great bukan? Tak hanya itu, Karena saat kita memiliki laptop impian kita, it will be more marvelous, right? Jadi, tunggu apalagi? Kalau kita bisa pilih yang mudah, kenapa harus memilih yang sulit?.

#LaptopIdamanSobatTraveler
#2018PakaiZenbook
#ASUSxTravelerien












Selasa, 24 Juli 2018

Artikel


Masih Ragu ingin Jadi Penulis ! Kamu Harus Baca Ini


Semua orang tahu bahwa di Indonesia, jumlah orang yang bercita-cita menjadi penulis masih sedikit. Padahal bercita-cita menjadi seorang penulis tak harus berpendidikan tinggi. Siapa yang bilang orang berpengalaman hanya lah orang yang mampu membeli kursi pendidikan tinggi?. Jika di lihat kenyataanya, justru sedikit akademisi yang sudi berkontribusi melalui tulisan. Sebagian besar penikmat bangku pendidikan tinggi kini bercita-cita sebagai guru, desainer, arsitek, hingga menjadi empunya hukum negara. Tapi dengan segunung ilmu yang telah di kuasai, mengapa tak sekaligus mengabadikan ilmu dalam sebuah tulisan?. Tentu akan sangat bermanfaat untuk siapapun yang ingin menambah pengetahuan. Tak sayang kah dengan ilmu yang kita dapat? Apakah kamu lebih mengatas kan kepentingan pribadi semata daripada harus menjadi “pencapai ilmu yang sesungguhnya”.
Siapa kang Abik? Siapa Tere Liye? Siapa itu Arum Faiza? Asma Nadia? Mereka penulis hebat. Namanya kini di kenal karena pemikiran mereka yang tak hanya ingin benar-benar berkontribusi dalam misi mencerdaskan anak bangsa, namun juga sekaligus mengantarkan manusia dalam kebaikan. Mereka tuliskan dengan indahnya melalui kata demi kata yang tercipta dengan kehati-hatian. Nampak juga dalam karya mereka yang di buat untuk sekaligus menjalan titah Sang Kuasa.

Siapa bilang menulis menyita waktu?
Bagi sebagian besar orang jika di ajak untuk menulis, pmengutarakan banyak sekali alasan klise yang sejatinya hanya berhubungan dengan sederetan kepentingan pribadi diri. Ada di suatu waktu mengatakan “aku tidak punya waktu untuk itu, ada yang lebih penting”, “buat apa sih? Emang menjanjikan”. Arum Faiza, seorang penulis muslimah penulis novel “Azimah (Derita Gadis Aleppo)” bahkan mengatakan “penulis itu ia yang bisa mengatur waktu, bukan dia yang diatur waktu”. Dan benar saja, jika kita sudah meniatkan, lantas tak akan ada rasa sesal di belakang nanti, sebab kita mampu memanfaatkan waktu luang yang ada untuk hal-hal yang sangat bermanfaat.

Merasa banyak hal yang lebih penting daripada menulis?
Mungkin jika sederetan hal hanya berfokus pada kepentingan kita, maka benar jika akan ada banyak orang yang berpikir “menulis tidak penting”, “menulis menyita banyak waktu”, dan lain sebagainya. Banyak alasan. Coba lah mau mengalah sedikit saja dengan ego kita yang sejatinya terkesan berfokus pada urusan dunia. Takut segala-segalanya namun membelakangkan urusan agama. Dengan menulis, Bahkan saat kita sudah pada haribaan Sang Maha Penguasa Takdir, nama kita tak lantas hilang begitu saja. Jika karya tulis kita terus di kenang dan diterapkan oleh masyarakat penyuka karya kita, lantas nilai-nilai yang terkandung di dalamnya terus dialirkan dari mulut ke mulut. Maka hal itupun akan menjadi amal.

Menulis itu asyik banget loh !
Tak peduli sejelek apapun bentuk tulisan kita menurut orang lain sebagai “judger” karya-karya kita, menulislah! Berdasar pada alasan apapun. Entah sekedar untuk penghilang rasa “mumet” kepala, ingin jadi orang yang di kenal karena karya yang kita ciptakan, atau sekedar untuk dijadikan penenang hati sebab masa-masa sulit yang mengitari. Menulislah dan belajar lah menulis. Maka setidak biasa apapun, merasa sepadat apapun urusan kita du dunia, jika niat sudah ada dan mau “action” niscaya Allah pun akan terus melimpahkan kemudahan untuk kita yang mau berniat baik loh. Masih ragu? Coba yuk bareng-bareng .




Kamis, 17 Agustus 2017

Struggle Story 1

MOZAIK CINTA DALAM KELUARGA


By Nofia Ulfa


Pernahkah anda merasa bingung untuk memutuskan sesuatu karena keterbatasan yang anda miliki dalam kehidupan anda? Lebih memilih percaya dengan apa yang dikatakan orang tua atau orang lain di sekitar anda? Atau anda ingin mengetahui seberapa dalam anda mengenal kedua orang tua anda? Maka, catatan hati ini adalah jawabannya. Semua pengalaman yang saya peroleh mengenai betapa luar biasa nya cinta orang tua kepada anaknya akan saya tuangkan dalam catatn hati ini. Berikut catatan hati saya.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Terima kasih kepada pembaca karena telah berkenan membukabeberapa carik catatan hati salah satu putri Hawa ini. Secuil cerita dari keluarga buruh petani yang sungguh lah sederhana. Isinya merupakan mozaik-mozaik kehidupanyang saya jalani sebagai anak sulung dari tiga bersaudara, ibu dan ayah saya berprofesi sebagai buruh tani. Ya meskipun tergolong tak seberapa tetapi kami bersyukur karena Sang Maha Kaya tak membiarkan kami menyentuh rezeki dari ikhtiar yang haram. Suka dan duka juga kebimbangan yang saya rasakan dalam kisah hidup saya terekam disini.

Sebagai anak sulung dari buruh petani bisa dibilang saya memulai segalanya dengan sangat sederhana. Apa yang dialami kebanyakan anak dari keluarga sederhana yang ada di tanah air, lebih kurang mungkin saya rasakan juga. Setidaknya karena terlahir dari keluarga sederhana, saya bisa benar-benar memulai tujuan melalui perjuangan keras. Satu tahun yang lalu, saya telah lulus dari salah satu Sekolah Menengah Atas yang cukup termasyur di Jepara.

Saya berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur Bidik Misi, sempat beberapa kali mencoba hingga akhirnya saya berpikir mungkin Sang Mha Pemberi Kesuksesan tidak menghendaki saya menempuh jalan ini, kemudian saya ada rencana untuk mendaftar di salah satu Perguruan Tinggi Islam Swasta di Semarang.

Betapa bimbangnya saya, begitu kuat niat saya untuk bisa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Islam tersebut, sementara biaya yang saya perkirakan ternyata masih jauh dari cukup. Terlebih orang tua saya tak hanya menyekolahkan anak sulungnya ini, namun juga dua adik saya.
Tetapi dalam kebimbangan begitu, saya masih bisa berpikir santai dan berusaha menutupi semuanya dari kedua orang tua saya.
“Bagaimana nak? Pengumumannya?”
“Bu, masih nihil.”
Kalimat yang disambut senyum ibu,
“Ya sudah nduk, belum jalannya. Kamu coba saja daftar di Swasta-swasta sana. Insyaallah ibu sama bapak akan bisa mengusahakan”
Saya tidak melupakan hari-hari itu, tetapi keresahan karena beban ekonomi lenyap karena perkataan ibu yang penuh dengan keteduhan.
Sungguh karunia luar biasa karena saya memiliki keluarga yang begitu cinta pada saya. Bagi saya, tidak ada yang lebih mampu member saya cukup energy dan semangat selain kedua orang tua saya. Dan sejauh ini apa yang saya ikhtiarkan melalui shalat istikharah, akhirnya Allah telah memberikan petunjuk. Sehingga saya merasa mantap dengan pilihan saya.

Semasa kecil dahulu, saya sring menangi bahkan hanya karena hal-hal sepele. Jangankan mainan sekedar ingin meneguk es teh lima ratus rupiah saja ibu tak bisa membelikan, hingga sekarang pun saya baru bisa menyadari bahwa mungkin saya tergolong orang yang dewasa sebelum tiba waktunya. Namun karena ingatan itu, saya di ajarkan oleh orang tua untuk bisa menjadi pribadi yang penuh dengan keprihatinan. Pada saat itu, untuk bisa makan beberapa hari, ibu dan bapak harus rela bergelut dengan lumpur, jerami dan berbagai binatang penghuni sawah. Bahkan semasa itu kami di haruskan tabah dan kebaal terhadap cemoohan orang-orang karena ketidak mampuan kami.

Sepulang nya ayah di sore hari, saya menyaksikan di lantai rumah terdapat bercak darah yang berceceran. Dan betapa sakit hati saya melihat ternyatadarah itu berasal dari kaki ayah yang terluka karena terinjak keong saat bekerja di sawah. Dengan air mata yang terus menetes, saya mengepel lantai dengan pelan. Merasa betapa tak berdaya nya anak ini, tak bisa berbuat apa-apa untuk memperjuangkan hidup keluarganya. Namun kondisi itu memberi semangat bagi saya untuk berusaha menjaga dan melanjutkan cita-cita saya dengan sekuat tenaga. Kadang-kadang merasa agak nekad memang.

Tak menunggu lama-lama, saya bergegas mendaftarkan diri ke salah satu Perguruan Tinggi Islam Swasta yang ada di Kaligawe, Semarang. Denga langkah tegas saya sengaja mengambil Program Studi Sastra Inggris, dengan harapan bisa mencapai mimpi saya untuk dapat ke Luar Negeri secepat mungkin. Karena pada pikiran saya, itu lah langkah pertama yang harus saya lakukan untuk membuat bangga kedua orang tua saya. Ya, karena dari awal pertama ibu pun sudah mengatakan bahwa beliau menginginkan saya bisa menjadi dosen Bahasa Inggris, dan Alhamdulillah saya pun di terima di Prodi tersebut tanpa melalui tes. Sungguh luar biasa obat penenang yang telah di berikan-Nya kepada manusia yang penuh ketidak tahuan ini. Setelah saya berjuang keras, ini lah hasil yang saya peroleh. Walaupun bukan di PTN, namun saya yakin inilah yang terbaik yang telah Allah limpahkan.
Lebih baik menjadi ikan besar dalam kolam yag kecil, daripada menjadi ikan yang amat kecil di dalam kolam yang besar. Itu lah jargon yang terus saya ngiangkan dalam otak saya sebagai semangat yang menggelora di hati saya.

Sungguh tak di sangka-sangka, beberapa waktu saya berjuang dan terus melawan lelah. Akhirnya usaha saya tak sia-sia.  Di awal semester kuliah, saya mencoba bereksperimen dengan membuat paper untuk dikirim ke event Internasional, dan Alhamdulillah paper saya di terima tak lama setelah saya mengirim melalui email. Hemm.. saya pikir untuk dapat mencapai ini, mungkin lelah telah lelah mengejar anak ini.

Dengan semua kebahagiaan itu, rasanya saya sungguh malu dengan Sang Maha Mengetahui Segala yang Baik untuk Ummat-Nya. Tidak pantas rasanya mengeluh karena hal-hal lain di masa lalu. Juga untuk kondisi ekonomi yang bertahun-tahun cukup minim.
Berbagai upaya telah saya lakukan untuk dapat berangkat ke Negeri Jiran Malaysia mengikuti event Internasional yang telah di depan mata. Ya, segeralah saya membuat proposal untuk memperoleh dana agar bisa segera membayar registrasi.

Saya telah menyiarkan kabar bagus ini kepada keluarga, sungguh bahagia rasanya karena saya akan dapat menggenggam impian yang ku piker hanya akan terbengkalai tanpa dapat tercapai. Betapa bahagianya kedua orang tua saya mendengar kabar bahwa anak gadis desa ini telah dapat membuktikan tekadnya. Namun satu kenadala yang tak bisa saya beritahukan kepada orang tua, bahwa saya belum juga memperoleh dana untuk bertolak ke Malaysia. Bahkan tak dapat biaya sepeser pun dari Fakultas maupun Unversitas.  Ada saja alasan yang di lontarkan pada anak desa ini, sehingga sesak terasa dada ini tak memperoleh dukungan dari kandang seendiri. Hampir saja saya benturkan kepala ini pada dinding karena bingung tak tahu harus melakukan apalagi. Hingga saya memeberanikan diri dating secara pribadi kepada salah satu dosen yang saya rasa adalah dosen yang paling ramah di antara dosen lainnya yang ku pikir acuh terhadap anak kemarin sore ini. Alhamdulillah, saya memperoleh pertolongan dari beliau. Pak Chairil. Saya memutuskan untuk tidak mengeluh, karena saya tahu masih banyak masih banyak jalan yang di sediakan lebar-lebar oleh Allah kepada anak ini.

Biarpun hanya makan sederhana, bahkan pernah hanya makan nasi jagung, tetapi alhamdulillah Allah telah memberikan nikmat yang luar biasa kepada saya hingga saya dapat membawa kabar gembira ini dengan bangga ke kampong halaman.
Biarpun melalui masa yang amat sulit, mencari pertolongan kesana kemari di bawah derasnya guyuran hujan dan kencangnya angin Semarang, bahkan saat itu saya melalui semuanya dalam keadaan yang sungguh serba mendesak dan menderita sakit karena pukulan air hujan yang tak henti-hentinya berusaha menguji kekuatan raga ini.

Tetapi Allah berikan saya begitu melimpah energi.
Dua permata hati yang saya miliki terus saja rajin bekerja keras untuk anak-anaknya. Dengan semangat yang tinggi hingga melewati tengah hari. Betapapun pandai nya saya menyembunyikan kesulitan yang saya alami kepada ibu dan bapak, namun mereka tetap berpikir tak ingin putrinya nanti kelaparan dan terlantung di negeri orang, maklum lah orang desa biasa berpikiran kalau ada orang tanah air yang pergi ke negeri seberang dengan tidak membawa uang sepeser pun dan tak menjinjing kemampuan apa pun, pasti lah terlantar di negeri lain bahkan bisa saja mati karena siksaan. Seperti yang mereka saksikan di media televisi.

Dari rekaman ini saya menyadari bahwa saya ingin menyampaikan kepada Allah, saya malu karena semasa dahulu begitu percaya diri dengan rencana yang amat rapi tapi malah tak tercapai, karena sejatinya rencana yang ada dalam angan ini tak lebih layak di banding denga rencana-Mu Ya Allah. Sungguh manusia ini tak pantas mengeluh.
Pun tidak ketika beberapa ujian-Mu menghampiri.
Saya telah mngetahui pula bersama kesulitan ada kemudahan. Sehingga ketika satu ujian terasa memukul dada ini, saya hanya harus bersabar dan berdoa dan terus berikhtiar. Yakin lah kemudahan itu ada dan Allahiringkan ketika memberi kita ujian-Nya, kalau belum terlihat, mungkin mata kita yang masih tertutup. Dan satu hal yang paling tak bisa saya lupakan selain apa yang telah di berikan Allah, bahwa betapa cinta dan sayangnya orang tua kepada anaknya betapapun marah nya mereka kepada kita anaknya, namun sejatinya itu bagian dari kepedulian dan bukti kasih sayang mereka kepada kita anaknya.

Semoga Catatan Hati sederhana ini, bisa menjadi bagian dari penenang hati yang cukup membahagiakan untuk  pembaca. Amin .…
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Nofia Ulfa                                                                            











Amateur Poetries 3

Nestapa Armada Nusantara

Oleh : Nofia Ulfa


Memandang mata ini dalam senja nan damai
Duduk terpaku diantara tepian pantai nan permai
Hamparan roman rasa terngiang
Memeluk jiwa, menutup diri dalam ketenangan

Tebak apa yang telah kudengar
Tawa bahagia di kedalaman armada pertiwi
Tempat materi jelata pesisir terkelakar
Bersatu padu mempersembahkan keindahan

Gagah sungguh lautan garuda
Menghempas senja mengangkat gulita
Memecah buih, menembus mega

Tapi terkisah kini
Siapa perusak armada negeri
Tiang penggoyang tongkang telah di sirnakan
Ladang kehidupan pribumi di luluh lantakkan

Dengarlah !
Laut Indonesia menjeritkan kecemasan
Mengemis nurani para pendurjana
Perampas asa jelata nusantara

Apa kah tangan nakal bandit gelombang
Langit hitam telah kalian pancangkan
Di atas lautan tak terwatas kami
Menangis hati diiris pilu
Menatap laut kami memuarakan kengerian
Tiada daya, hilang serta kegagahan

Bangkitlah garuda-garuda Indonesia !
Kail kembali maritim kita
Satu-satu perasa
Satu-satu nestapa
Janganlah sampai pekat rupanya
Hidupkan jiwa sebab tenggelam

Ya Allah
Dekap lah firdaus nusantara kami
Limpahkan lah  kekuatan pada garuda
Mensingsingkan lautan negeri
Kembali dalam ribaan kebahagiaan
Menutup pembukuan kisah getir lalu




Amateur Poetries 2

FATIMAH

By Nofia Ulfa



Fabulous pearl begin to exist

Accelerate the next stride for next fight

Thou, the greatest wealth among acuity of corals

Ignore the obstacles arise from a million wounds

May the sea occupants watch you

All of your luxurious defiances


Hardy to find the most beautiful estuary